Friday 25 April 2014

Kisah Nikah Mut'ah Imam Khomeini dengan anak kecil





BAGI penganut agama Syiah , nama Imam Khomeini suci melebihi para sahabat Rasul , terutama Abu Bakar , dan atau Umar bin Khattab . Sayyid Husain Al Musawi Al Husaini , mantan penganut Syiah dan kemudian sedar beralih ke Ahlus Sunnah , dalam kitab Lillahi Tsumma Lil Tarikh atau yang sudah diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia menjadi Mengapa Saya Keluar dari Syiah ? menuturkan salah satu kisah tentang Khomeini , utamanya soal kawin mut'ahnya . Berikut penggalannya :

Ketika Imam Al Khomeini tinggal di Iraq , kami berulang kali menemuinya dan menimba ilmu darinya sehingga hubungan kami dengannya menjadi rapat . Pernah sekali masa , aku mendapat peluang musafir bersama beliau setelah beliau mendapat jemputan dari bandar Tal'afir , sebuah bandar yang terletak di barat Mausil yang jauh perjalanannya sekitar satu setengah jam dengan menaiki kereta .

Ia telah mengajakku untuk pergi bersamanya , maka aku pun mengembara bersamanya . Mereka menyambut dan memuliakan kami selama tempoh kami tinggal bersama di salah sebuah keluarga Syiah di sana . Mereka berjanji akan menyampaikan ajaran Syiah di tempat tersebut dan mereka masih menyimpan gambar kenangan bersama kami yang diambil di rumah mereka .

Setelah selesai masa perjalanan , kami pulang . Ketika dalam perjalanan pulang ke Baghdad , Imam Al Khomeini ingin berehat dari keletihan perjalanan , lalu beliau menyuruh kami menuju ke kawasan Al ' Atifiah yang merupakan tempat tinggal seorang lelaki berasal dari Iran yang dikenali dengan Sayyid Shahib , yang mempunyai hubungan yang rapat dengan beliau .

Sayyid Shahib sangat gembira dengan kedatangan kami . Kami tiba di tempatnya waktu Zohor . Beliau menyediakan makan tengah hari yang istimewa kepada kami dan memaklumkan kepada saudara dekatnya tentang kedatangan kami . Mereka hadir dan memenuhi rumah beliau menyambut kedatangan kami dengan penuh penghormatan .

Sayyid Shahib meminta kepada kami supaya bermalam di rumahnya pada malam tersebut . Imam pun bersetuju . Kemudian ketika tiba waktu Isya ' kami disediakan dengan makan malam . Para hadirin yang hadir mencium tangan Imam dan berbincang - bincang dengannya .

Ketika hampir tiba waktu tidur para hadirin bubar kecuali penghuni rumah tersebut . Imam Al Khomeini melihat anak - anak perempuan berumur empat atau lima tahun dan anak - anak tersebut sangat cantik . Imam meminta daripada ayahnya Sayyid Shahib untuk bermut'ah dengannya dan ayahnya bersetuju dengan perasaan sangat gembira .

Imam Al Khomeini tidur dan anak - anak tersebut berada dalam dakapannya . Kami mendengar suara tangisan dan jeritan anak - anak tersebut .

Apa yang penting ialah Imam telah melalui malam tersebut . Saat tiba waktu pagi , kami bersama - sama untuk sarapan pagi . Imam telah melihat kepadaku dan mendapati tanda - tanda tidak puas hati yang lahir secara jelas di muka saya : " Bagaimana pada waktu itu beliau sanggup bermut'ah dengan anak - anak perempuan tersebut sedangkan di dalam rumah tersebut terdapat ramai wanita - wanita muda , baligh , berakal yang tidak menjadi halangan kepada beliau untuk bermut'ah dengan salah seorang daripada mereka . Kenapa beliau tidak berbuat demikian ? "

Ia berkata kepadaku : " Sayyid Husain , apa pendapat kamu tentang bermut'ah dengan anak - anak perempuan ? "

Aku berkata kepadanya : " Kata pemutus adalah kata - kata anda , perbuatan yang benar adalah perbuatan anda . dan anda adalah Imam Mujtahid . Mana mungkin orang seperti ku berpandangan atau berpendapat melainkan apa yang telah anda lihat dan katakan , - dan seperti diketahui tidak mungkin aku bertentangan dengan anda - . "

Ia berkata : " Sayyid Husain , sesungguhnya bermut'ah dengan anak - anak tersebut adalah boleh tetapi dengan bercumbu - cumbuan , berciuman dan tafkhiz . Adapun bersetubuh , dia ( anak - anak ) masih belum mampu untuk melakukannya . "

Imam Al Khomeini berpendapat boleh bermut'ah walaupun dengan anak - anak yang masih menyusu . Ia berkata : " Tidak mengapa bermut'ah dengan anak - anak yang masih menyusu dengan memeluk dan tafkhiz - meletakkan zakarnya di antara dua pahanya - dan bercumbuan . "

Begitulah kisah mut'ah yang dilakukan oleh pemimpin Syiah moden , Ayatollah Ruhullah Al Khomeini . [ ] Islampos.com , Rabu 27 Zulkaedah 1434 / 2 October 2013 15:35

( Sayyid Husain Al Musawi Al Husaini , Lillahi Tsumma Lil Tarikh atau yang sudah diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia menjadi Mengapa Saya Keluar dari Syiah ? , Pustaka Al - Kautsar Jkt ) .

Nahimunkar

No comments:

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.

linkwithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...